Senin, 08 November 2010

Dr. J.R. Saragih Garingging, SH, MM : “Ingin Membangun Simalungun”

Jangan langsung main vonis, dengan mengandalkan kekuasaan. Ketika jadi pemimpin, itu yang saya lakukan.
Perjalanan hidup Dr. J.R. Saragih Garingging, SH, MM, memang berliku. Calon Bupati Simalungun periode 2010–2015 ini, lahir di Simalungun, 10 November 1968. Baru berusia setahun, ayahnya, Rasen Saragih, berpulang. Lantas, sepupu Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec. ini ikut neneknya (ibunda Rasen Saragih), E. Br. Purba, di Kecamatan Raya, Simalungun. Di sini, ia sempat bersekolah sampai kelas 4 SD. Lalu, neneknya juga wafat.
Saragih muda lalu hidup bersama nenek (orang tua ibunya) di Tanah Karo. Sementara ibunya menikah lagi dan dikaruniai anak, Hj. Karyawati Ginting, Margono Ginting, SE, dan Bela Raja Ginting Esko. Sedangkan saudara kandung J.R. Saragih adalah Tini Saragih, Haji Dr. Anton Saragih, SE, MM, Riston Saragih, Drs. Agus Saragih, dan Drs. Heri Saragih. Jadi J.R. Saragih adalah putra keenam dari pasangan Rasen Saragih dengan Netty Br. Sembiring.
Penuh Perjuangan
Di Kecamatan Munthe, Tanah Karo, J.R (Jopinus Ramli) Saragih, hanya bersekolah sampai kelas 6 SD. Kemudian ia pergi ke Pematang Siantar. J.R kecil sempat menjadi tukang semir sepatu. Lalu, selama tiga tahun menjadi kenek bus. Terakhir bus Makmur jurusan Medan-Jambi. Kadang-kadang ia bisa makan satu hari sekali dan kadang tidak.
Suatu hari, ia bertemu dengan seseorang yang menyuruhnya sekolah agar kelak ia bisa menjadi orang yang berguna. “Saya lupa siapa orangnya. Tapi dia supir,” kenang ayah satu putri ini. Kembalilah ia ke Kecamatan Munthe, Tanah Karo, dan sekolah di SMP. “Di SMP saya beternak ayam, ikan, dan kuda,” cerita J.R. Saragih, saat ditemui di Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kab. Simalungun, kepada AGRINA, Senin (9/8).
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 6 Edisi No. 135 yang terbit pada Rabu, 18 Agustus 2010.


sumber : agrina 

0 komentar:

Posting Komentar